CONTOH CERPEN DAN MENGOMENTARI ISI CERPEN
SANG JUARA
Oleh : Zefri Metaloza
Pertandingan
catur antar kelas di
sekolah kami berakhir dengan Muhdi sebagai juara pertama, Burhan sebagai juara
kedua, dan aku sebagai juara ketiga.
Sambil menimang-nimang
pialanya, Muhdi tertawa riang. Sedang aku dan
Burhan cukup puas.
Setelah
bel terakhir berdentang, kami lalu berlarian pulang. Tetapi di tengah jalan,
karni terpaksa harus berteduh di-sebuah gardu Hansip karena
hujan tiba-tiba menderas.
"Untuk
pengisi waktu, siapa yang berani melawan aku?" tanya sang juara sambil
mengeluarkan kotak caturnya dari dalam tas.
"Perut lapar. Segan
ah!" sahutku.
Burhan
cuma menggelengkan kepala sambil duduk memeluk lutut. Dan ketika itu masuklah seorang
yang bertubuh kerdil, baju dan sarungnya basah kuyup. Orang itu sebelum duduk
mengambil sapu tangan kumalnya lalu menyeka muka dan
tengkuknya.
"Untuk
iseng pak, mad main catur !" tantang Muhdi kepada orang itu. Orang itu
rnenyulut rokoknya barn menyahut," Saya tidak bisa main catur, Nak!"
Ah, masa!" ujar Muhdi
sambil membetulkan buah caturnya.
Ajari jalannya, ya!"
sahut orang itu sambil mengingsut duduknya.
Lalu
dengan gaya seorang juara catur kelas berat, Muhdi memberi pelajaran kepada
orang itu. "Untuk langkah pertama, pion boleh maju dua
langkah." kata Muhdi.
Dengan langkah ragu, orang itu
memajukan sebuah pionnya dua langkah.
"Nah, saya juga maju dua
langkah."
"Kalau ini jalannya
bagaimana?"
"0,
itu kuda. Jalannya membentuk huruf L," jawab Muhdi.
"Ya, saya maju ke
sini," lalu orang itu memajukan kudanya.
Keduanya
lalu asyik bermain. Tiap mau melangkahkan buah caturnya, orang itu hampir
selalu menanyakan bagaimana jalannya.
Hujan
terus saja mengucur dengan derasnya. Kulihat Burhan senyum-senyum sambil
memeluk lutut. Aku duduk merunduk menahan lapar, segan mengikuti
orang main catur.
"Yang ini, boleh maju
dua langkah?" kata orang itu dengan suara agak keras.
"Itu ster, boleh
saja," sahut Muhdi jengkei.
Aku
bangkit lalu memperhatikan permainan mereka. Aku jadi tersenyum. Kiranya Muhdi
sedang terdesak.
"Kalau kuda jalannya ya? Nah, saya maju ke sini saja!" kata orang
itu.
"Itu namanya skak,"
suara Muhdi gugup.
"0, ya skak," kata
orang itu.
Muhdi memindahkan rajanya.
"Ster boleh maju tiga
langkah, ya?"
Muhdi cuma mengangguk.
Kelihatan gelisah sekarang.
"Ya, saya maju ke
sini!"
Kulihat muka Muhdi jadi merah
padam. Kiranya dia kena skak lagi. Rajanya
terjepit.
Tidak ada jalan lagi.
"Celaka, raja saya
mati!" suara Muhdi parau.
"Heh, mati?" tanya
orang itu.
"Ya, Bapak yang
menang."
"Heh, saya menang?"
tanya orang itu seolah-olah linglung.
Muhdi
mengangguk lalu memasukkan buah caturnya ke dalam kotak. Sementara itu hujan telah
reda. Kami berlarian pulang.
"Sialan, saya lengah,
dan jadi kalah," gerutu Muhdi sambil berlari.
"Kau
memang belum apa-apa kalau melawan orang itu," sahut Burhan terus
disambung dengan tawanya.
"Heh, jadi jadi?" ujar Muhdi gugup.
"Lawanmu
tadi Pak Bajuri namanya," sahut Burhan, "Dia juara catur pertama
tingkat kecarnatan tahun lalu."
"Oh, pantas . pantas . . . . ", desis bibir Muhdi.
Terdengar gelak tawa Burhan.
Tawaku pun tak bisa kutahan. Sedang Muhdi kulihat nyengir kuda.
HAL-HAL YANG DIKOMENTARI
I.
Isi
1.
Tema : Kesombongan Muhdi
2.
Penokohan :
a.
Muhdi : Sombong, dan suka menantang.
b.
Burhan : baik, dan cukup puas terhadap yang di prestasikannya
c.
Aku : baik, dan cukup puas terhadap yang diprestasikannya
d.
Pak bajuri : penipu (pura-pura tidak mengerti bermain
catur terhadap muhdi)
3.
Alur/ jalan cerita
Alur cerita tersebut beralur
maju, karena jalan cerita dijelaskan secara runtut.
4.
Setting/ latar.
a.
Latar waktu : siang hari pada saat pulang sekolah
b.
Latar tempat : disekolah dan sebuah gardu hansip
c.
Latar suasana : menyerukan, dan menyenangkan
5.
Sudut pandang : sudut pandang cerita tersebut menggunakan
kata ganti orang pertama (aku).
6.
Amanat : kita tidak boleh sombong walaupun kita sudah
mendapatkan juara pertama.
II.
Bahasa
1.
Keruntutan kalimat :
keruntutan kalimatnya sudah bagus, dan kami sebagai pembaca mudah memahami isi
cerita tersebut
2.
Kekomunikatifan : sudah bagus, dan kami mudah memahami
isi cerita tersebut.
III.
Fisik
1.
Gambar
Gambar tersebut sudah bagus
dan sesuai dengan isi cerita dan kamipun tertarik untuk membaca cerita tersebut
2.
Kertas
Sudah lumayan halus dan kami
sebagai pembaca senang memegang kertas cerita tersebut.
3.
Desain sampul :
Sudah bagus dan sesuai dengan
isi ceritanya.
IV.
Ringkasa cerita
Pertandingan
catur di sekolah berakhir dengan muhdi sebagai juara pertama, burhan sebagai
juara kedua dan aku sebagai juara
ketiga.
Setelah
bel berakhir berdentang, kami lalu berlarian pulang. Tetapi ditengah jalan,
kami terpaksa berteduh di sebuah gardu hansip karena hujan deras.
Untuk
mengisi waktu, Muhdi mengajak aku dan Burhan bermain catur. Tetapi kami tidak
ingin bermain catur, dan ketika itu masuklah seorang yang bertubuh kerdil.
Muhdipun menantang orang itu. Orang itupun menyulut rokoknya dan mengatakan
bahwa ia tidak bisa bermain catur. Iapun mau tetapi ia minta diajari.
Kedua
lalu asyik bermain catur. Setiap mau melangkah buah caturnya orang itu hampir
selalu menanyakan bagaimana caranya.
Burhan
tersenyum-senyum melihat mereka. Akupun bangkit lalu memperhatikan permainan
mereka. Aku tersenyum, kiranya muhadi sedang terdesak. Dia di skak, rajanya
terjepit. Tidak ada jalan lagi orang itupun menang.
Muhadi
lalu memasukan caturnya kekotak sementara itu, hujan telah reda, kamipun
berlarian pulang.
Burhanpun
mengatakan bahwa lawan muhadi tadi itu adalah pak bajuri namanya, dia juara
catur pertama tingkat kecamatan tahun lalu.
Burhanpun
tertawa-tawa, tawakupun tak bisa kutahan. Sedangkan muhdi kulihat nyengir kuda.
bisa minta tolong follow Google plus saya?
BalasHapusbisa minta tolong follow Google plus saya?
BalasHapusane salin ta contoh cerpen singkat ini ke buku pr hehe
BalasHapuscerita sangat menarik
BalasHapusCerita sangat bagus
BalasHapusIdentitas cerpen?
BalasHapusCerpen itu karya Suyono HR. Terdapat di huku pelajaran Bahasa Indonesia kurikulum 1975
BalasHapus